Pangsa Pasar CPO Indonesia Dinamis, Malaysia Terus Menyusut - Malaysia Ajak Indonesia Kendalikan Harga CPO Dunia
Haisawit Medianet - Perdana Menteri (PM) Malaysia Ismail Sabri bin Yaakob melakukan kunjunan ke Indonesia dan disambut oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (1/4/2022).
Dalam pertemuan tersebut, Malaysia dan Indonesia bersepakat mengendalikan harga minyak sawit (CPO/ Crude Palm Oil) dunia.
"Kami berdua bersetuju harga minyak kelapa sawit patut ditentukan bersama oleh pihak Malaysia dan Indonesia dan tidak bersaing dari segi penetapan harga. Karena Malaysia dan Indonesia merupakan dua negara yang menguasai keseluruhan dari segi ekspor minyak kelapa sawit," kata PM Dato' Sri Ismail Sabri Yaakob dalam tayangan akun Youtube Sekretariat Presiden.
Founder dan Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Policy Institute (PASPI) Tungkot Sipayung mengatakan, pernyataan itu memberi sinyal kedua negara akan mengarahkan dewan negara penghasil minyak sawit, Council of Palm Oil Producing (CPOPC) menjadi seperti OPEC.
"Dan bagi Malaysia tentu saja ini menguntungkan. Karena Malaysia tengah menghadapi tantangan baru di pasar minyak sawit dunia akibat kebijakan Indonesia. Biarpun katanya Malaysia mempunyai bursa CPO sendiri, itu tidak menjadi jaminan," kata Tungkot seperti yang dilansir dari cnbcindonesia.com (30/5/2022).
Menurut Tungkot ada 3 kebijakan Indonesia terkait minyak sawit yang menyebabkan pasar lebih dinamis.
Kata Tungkot, ada 3 kebijakan yang menjadi kartu truf Indonesia. Yakni, hilirisasi minyak sawit, pungutan ekspor, hingga mandatory biodiesel. Akibat kebijakan itu, produk hilir Malaysia tidak lagi kompetitif. Selama 2 tahun ini, pangsa pasar mereka di luar negeri terus menyusut.
Hilirisasi dan pungutan ekspor, lanjut dia, menyebabkan industri hilir di dalam negeri bisa mendapatkan bahan baku lebih murah.
"Karena itulah, Malaysia mengusulkan itu, salah satunya demi melindungi dirinya juga. Sebenarnya, Indonesia sekarang sudah menentukan pasar dunia. Kalau soal bursa, di Rotterdam juga ada. Tolak ukurnya adalah siapa menguasai stok dunia dia yang pimpin pasar," kata Tungkot.













